Ketika Harapan Tak Terwujud  

Diposting oleh dono_indarto

Tulisan ini diambil dari blog-nya Mas Arief Budiman...

Ketika segala sesuatu yang telah kita rencanakan dengan baik, terjadual dan hampir sempurna pada waktunya tidak bisa terwujud, reaksi pertama kita biasanya akan kecewa. 


Udah dandan rapi-rapi disemprot Axe Chocolate mau ngapelin cewek untuk pertama kali, begitu naik motor menyusuri jalan tiba-tiba - tanpa peringatan - hujan mengguyur dan bresss.. basahlah semuanya.

Seorang direktur sudah mendapatkan deal sebuah project senilai 500 milyar, semua kesepakatan sudah diterjemahkan dalam bentuk kontrak detail sejumlah 40 halaman oleh manajernya masing-masing. Tinggal tanda tangan doang besok dan akan diliput pers secara nasional menjadi deal terbesar untuk kedua perusahaan. Tapi pena tak pernah digoreskan karena direktur kliennya tak pernah sampai di ruangpress conference: meninggal mendadak terkena serangan jantung di kamar mandi hotelnya menginap.

Seorang manajer perusahaan telah berkarier cemerlang selama 20 tahun, melakukan apapun yang diperlukan sehingga hampir setiap tahunnya terpilih menjadi Manager of The Year di perusahaannya bekerja. Dan pada umur 55 tahun, ia pensiun membawa uang pensiun yang telah dikumpulkan dari hasil usahanya sebesar 10 milyar. Karena ingin menikmati usia senjanya ia tak mau lagi bekerja. Datang seorang kawan menawarkan investasi, kawan ini reputasinya luar biasa dan punya jaringan internasional. Jika invest keuntungannya bisa naik 20-40% setahun. Sang pensiunan tertarik lalu invest 1 milyar dan untung. Lalu 5 milyar dan untung. Lalu 10 milyar dan bummm! Krisis moneter internasional menghantam, uangnya jadi abu dan sengketa panjang di pengadilan. 20 tahun pengabdiannya ludes dalam waktu kurang dari setahun.

Dari beberapa kejadian di atas, sepertinya nasib begitu kejam menghantam dan seolah-olah kita sebagai manusia tak bisa berbuat apa-apa saat itu terjadi. Jika tak kuat mental, maka terguncanglah jiwanya dan mungkin berakibat hal-hal yang lebih fatal. Mantan presiden Korea Selatan Roh baru saja bunuh diri setelah dituduh korupsi meskipun saat dia naik julukannya adalah Mr Clean. Hancur hidupnya setelah tak menjabat lagi. Antasari Azhar. Caleg-caleg yang tak terpilih. Caleg yang meninggal 3 hari sebelum diputuskan KPU terpilih.

Dan cerita beginian, banyak banget bertebaran di sekitar kita.


Jadi teman-teman semua, menyiapkan segala sesuatu untuk masa depan kita itu memang baik, perlu dan bahkan wajib. Tapi mohon selalu ingat untuk tak melewati hukum-hukum alamnya agar tak kecewa di ujung.

Salah satu yang saya percaya adalah: 
Jika ingin dapat bagian keuntungan terbesar, maka dapetnya harus paling belakangan. Jika ingin dapet duluan, maka bagian keuntungannya paling kecil.

Di perusahaan manapun: office boy, satpam, driver pasti dibayar duluan ketimbang direkturnya. Jika perusahaan lagi miring, mereka tetap gajian duluan dan bisa jadi direkturnya gak kebagian. Tapi jika perusahaan lagi bagus, mereka juga tetap gajian duluan tapi tentu tak sebesar jatah sang direktur yang baru diterima setelah semua yang pangkatnya lebih rendah dapat bagian.

Jika hukum ini dilanggar, maka resikonya jelas. Office boy yang pengen dapet jatah lebih besar akan mencoba mengkorupsi biaya rumah tangga kantor, satpam mungkin akan membocorkan data rahasia perusahaan, driver akan me-mark up biaya bensin dengan nota palsu. Jika sampai ketahuan dan pasti ketahuan, mereka akan dipecat. 

Jika sang direktur pengen dapet gede dan duluan, maka uang proyek dipake dulu buat DP mobil Lexus terbaru, buat bayar cicilan rumah mewah atau mendandani caddy golf untuk diajak yang bukan golf. Jika terbongkar, ia akan menghabiskan sisa kariernya di penjara sebagai pesakitan.

Silakan kejar dunia, sekencang-kencangnya. Silakan mendaki tangga karier setinggi-tingginya. Silakan menumpuk kekayaan sebesar-besarnya. Tapi di ujung karier kita, di puncak sukses kita, di ujung hidup kita: itu semua takkan kita bawa. Semua akan ditinggalkan meskipun kita tak rela. Takdir akan merenggut paksa apa-apa yang kita dapatkan dengan cara yang di luar cara-Nya. Alam akan selalu menyeimbangkan diri, kita tak bisa menolaknya. 

Kita ini tak pernah punya milik. Kita ini sendiri hanyalah pinjaman. Sebaiknya kita mulai bersih-bersih dari sekarang, sekiranya ada bagian dari hidup kita yang bukan hak kita. Sehingga ketika waktunya tiba dan apa yang kita peroleh diminta kembali oleh yang Maha Punya: kita ikhlas dan tak berat hati.

Tukang parkir mengajari kita hal yang luar biasa, saat motor atau mobil diambil pemiliknya ia relakan karena ia sadar semua itu hanya titipan.

Saat apa yang kita rencanakan tak bisa berjalan seperti harapan kita, ambillah cermin. Mungkin ada bagian diri kita yang harus dibersihkan, mungkin ada dosa yang belum dimintakan maaf dan tobat, mungkin ada kedzaliman dan kebohongan dalam mengejar cita-cita dan harapan.


Insya Allah masih ada kesempatan, jika kita tak menunda lagi. Kita tunggu undangan-Nya dengan senyum keikhlasan dan bukan dengan muka terkaget-kaget karena tak pernah menyiapkan bekal...

This entry was posted on 15.41 . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar